LDII-BANYUMAS/PURWOKERTO―Lima pemuka agama dan tokoh
ormas agama di Kabupaten Banyumas yang mewakili berbagai agama yaitu Islam,
Kristen dan Katholik menyampaikan materi dan mengajak masyarakat di Kabupaten
Banyumas untuk meningkatkan rasa cinta terhadap Tanah Air Indonesia.
Para pemateri secara bergantian berceramah dalam acara
Seminar Lintas Agama yang diselenggarakan oleh Yayasan Jama’atul Muslimin
Kabupaten Banyumas bekerjasama dengan Forum Kerukunan antar Umat Beragama
(FKUB) Kabupaten Banyumas, Minggu (20/2) di Gedung Wakafiyah NU Jl Kertadirjan
No 13 Karangbangkang Sokaraja Kulon Banyumas. Tema yang diusung “Menjadi Bangsa
Indonesia yang Beragama.”
Acara yang diikuti puluhan santri, jemaat, pemuka agama
dan kader ormas agama di Banyumas ini dibuka oleh Gus HM Febrina Delta Aghi
(Gus Febrin), pengasuh Ponpes Az-Zuhri Ketileng Semarang yang juga salah satu
putra Kyai terkemuka Jateng dan tokoh lintas agama berpengaruh, (alm) KH Syaiful
Anwar Zuhri Rosyid (Abah Ipung), KH Alimuddin Lc, Pendeta Abed Nego Wasdi dari
Badan Kerjasama Antar Gereja (BKSAG), Romo Budi Prayitno dari Gereja Katedral
Keuskupan Purwokerto, dan Ketua DPD LDII Kabupaten Banyumas, H Sutanto MBA.
Gus Febrin dalam mukadimahnya menyebut, akhir-akhir ini
banyak muncul masalah-masalah kebangsaan dan keagamaan di Indonesia. “ini siapa
yang salah? Kyai atau umatnya? Pendeta atau jemaatnya? Bukankan Indonesia
negara yang beragama?” katanya melontarkan pertanyaan menggelitik. Dia juga menyoroti
minimnya muatan materi kebangsaan dan agama dalam kurikulum pendidikan umum.
Pemateri pertama, KH Alimuddin Lc, mengajak kepada
peserta seminar untuk meningkatkan nasionalisme dan rasa cinta tanah air. Alimuddin juga
mengingatkan, kepada peserta seminar, khususnya umat Islam, saat ini banyak
pemahaman yang keliru di kalangan umat Islam dalam memaknai ke-Islamannya,
“Kita adalah orang Indonesia yang beragama Islam, bukan orang Islam yang berada
di Indonesia” ujarnya. Ini menurutnya penting, agar umat Islam tetap cinta
dengan NKRI, dan tidak terjerumus paham atau gerakan Islam radikal yang justru
merusak keutuhan NKRI.
Pendeta Abed yang mendapat giliran menyampaikan materi
kedua mengingatkan, Indonesia adalah bangsa yang beragama. Dia menerangkan,
beragama itu baik, tapi tidak cukup hanya label/wadah (casing) saja. “Buat apa
kita memuji-muji kepercayaan sendiri, tapi kita tidak hidup di dalamny?”
katanya mengajak hadirin merenung. Pendeta Abed berpendapat, seharusnya umat beragama
itu menjadi orang yang bisa dicontoh atau diteladani. “Jangan Jarkoni-bisa
mengajar tapi tidak bisa nglakoni (melaksanakan)” sindirnya.
Senada dengan Pendeta Abed, Romo Budi Prayitno dalam
ceramahnya menyebut istilah “Gajah Diblangkoni, iso khotbah ora iso
nglakoni (bisa khotbah tidak bisa melaksanakan ajarannya). Romo yang punya
banyak pengalaman perjalanan spiritual ke luar negeri itu bercerita tentang
Piagam Madinah, sebuah kesepakatan yang ditulis oleh Khalifah ke-empat, Ali Bin
Abi Thalib RA dan ditandatangani oleh Nabi Muhammad SAW, yang memuat pernyataan yang menjamin
kebebasan kepada semua orang untuk menjalankan agama/kepercayaannya di negeri
Islam.
Romo Budi mengajak hadirin untuk mencontoh keteladanan
Rosululloh dalam hal menghormati agama/kepercayaan lain tersebut. “Marilah
moment yang baik ini kita jadikan oase di tengah-tengah padang pasir, yang akan
memberikan kesegaran bagi orang-orang yang kehausan dan kekeringan” ajaknya.
“Kita punya kerinduan yang sama, yaitu kesatuan bangsa. Mari pertahankan,
jangan sampe oase ini kering dan tidak ada airnya lagi” imbuhnya.
Jika Anda menyukai Artikel atau Berita di website LDII Banyumas, Silahkan
Klik Disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel atau berita terbaru yang terbit di Website DPD LDII Banyumas
Post a Comment